Tips Mengatasi Asi Yang tidak keluar Dan Meningkatkan Produksi Asi

ASI sangat berpengaruh untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu bagi seorang ibu harus berusaha agar asi yang diproduksi  bisa mencukupi kebutuhan anak. Namum pada sebagian ibu seringkali mengalami masalah asi ini, ada yang produksinya tidak mencukupi  bahkan ada yang tidak keluar atau bisa keluar tapi hanya beberapa tetes saja.
Bagi anda yang asinya tidak keluar atau keluar hanya beberapa tetes saja, cobalah lakukan :
1.    Parut timpang temulawak, beri gula merah secukupnya lalu rebus. Setelah dingin disaring lalu minumlah 2 -3 kali dalam sehari
2.    Atau anda boleh dengan cara parutan temulawak diberi gula merah secukupnya dan diberi air masak, lalu diperas dan diminum.
Bagi anda yang mengalami keterbatasan produksi asi dan ingin meningkatkan produksi asi, maka anda bisa mengatasinya dengan cara memperbanyak konsumsi  makanan yang berserat seperti katuk, bayam,  daun turi, dll. Makanan tersebut sangat baik karena mengandung zat karunkol, fenol dan sineol yang berfungsi memperbanyak produksi asi seorang ibu.

sumber: tips kesehatan keluarga

Pertolongan Pertama Saat Digigit Ular Berbisa

Jakarta, Ketika digigit ular, yang pertama kali harus dilakukan adalah memastikan jenis ularnya. Jika ada bekas taring, maka dipastikan yang mengigit adalah ular berbisa sehingga korbannya harus segera mendapat pertolongan pertama berikut ini. 

Selain ada bekas taring, ciri lain dari gigitan ular berbisa adalah munculnya rasa nyeri disertai perubahan warna pada lokasi gigitan dalam beberapa saat usai digigit. Dalam 10-15 menit, gejala lain yang menyertai adalah mual-muntah, pusing, gelisah dan kadang-kadang sesak napas. 

Pertolongan pertama untuk korban gigitan ular yang menunjukkan gejala-gejala tersebut seperti dikutip dari Net Doctor, Kamis (14/7/2011) adalah: 

1. Jangan panik 
Tidak semua gigitan ular mengandung bisa yang berbahaya, bahkan meski yang menggigit adalah spesies ular berbisa. Contohnya tidak semua gigitan Ular Derik mengeluarkan bisa, hanya 20-30 persen saja gigitan Ular Derik yang berbahaya. Begitu juga dengan Ular Karang hanya 50 persen saja gigitan yang mengeluarkan bisa. 

2. Kurangi gerak 
Setiap gerakan yang tidak perlu hanya akan menyebabkan bisa ular menyebar lebih luas melalui peredaran darah. Usahakan untuk tetap diam, sebisa mungkin gunakan alat transportasi dan jangan berjalan kaki untuk mencapai lokasi yang menyediakan pertolongan pertama. 

3. Cuci bekas gigitan 
Jika tersedia, gunakan sabun dan air matang untuk membersihkan luka sesegera mungkin. 

4. Cuci mata jika kena semburan bisa 
Beberapa spesies ular kobra yang hidup di Asia dan Afrika mampu menyemburkan bisa mematikan tanpa harus menggigit korbannya. Jika semburan ini mengenai mata atau lapisan mukosa tipis lainnya, segera cuci dengan air bersih. 

5. Ikat kuat-kuat daerah di sekitar luka (tidak dianjurkan untuk gigitan Ular Derik) 
Ikatan yang kuat di sekitar bekas gigitan dapat menghambat penyebaran racun hingga mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Namun untuk gigitan Ular Derik yang racun atau bisanya sangat kuat, risiko kerusakan jaringan pada lokasi gigitan justru akan meningkat ketika diikat. 

6. Bawa ke dokter secepat mungkin 
Serum antibisa ular bisa didapatkan di Puskesmas atau tempat praktik dokter terdekat. Jika dalam perjalanan korban muntah-muntah, tempatkan dalam posisis duduk atau berbaring untuk memastikan muntahannya tidak menyumbat saluran napas. Meski sebagian besar racun ular beraksi lambat, sebaiknya jangan ditunda karena beberapa orang punya alergi racun ular yang membuatnya makin rentan terhadap kemungkinan terburuk. 

7. Jangan suntikkan antiracun sendiri 
Injeksi antiracun memang dibutuhkan dengan segera, namun sebagiknya tetap dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan yang terampil. Adanya pengotor pada alat suntik misalnya, kadang malah dapat membahayakan pasien.


sumber detik health

Mengatasi Ngorok dengan Bola Tenis

Jakarta, Ngorok atau kebiasaan mendengkur saat tidur bisa diatasi dengan olahraga, salah satunya tenis. Bahkan tak selalu harus dimainkan, tidur dengan mengantongi bola tenis saja sudah bisa meredakan dengkuran pada beberapa orang. Benarkah demikian?

Untuk mengatasi dengkuran, bola tenis biasanya dikantongi di bagian punggung. Karena tidak ada baju tidur yang memiliki kantong di bagian belakang, maka kantong tambahan ini harus dijahit sendiri atau jika tidak bola tenisnya juga bisa dipasang dengan selotip.

Pada prinsipnya, tips ini bertujuan untuk mencegah posisi tidur berbaring. Risiko untuk mendengkur lebih tinggi ketika seseorang tidur dalam posisi berbaring, karena gaya gravitasi akan menyebabkan jaringan di sekitar saluran napas menyempit dan bergetar saat dilewati udara.

Risiko penyempitan pada saluran napas ini tidak akan terjadi saat tidur dengan posisi miring atau menyamping. Mengantongi bola tenis di bagian punggung bertujuan untuk mempertahankan posisi tidur agar selalu miring sepanjang malam, karena jika berbaring akan terasa tidak nyaman.

Tips ini diwariskan orang dari generasi ke generasi dan masih sering dilakukan hingga sekarang. Namun bicara soal efektivitasnya dalam mengatasi dengkuran, hingga kini belum banyak penelitian ilmiah yang secara khusus dilakukan untuk membuktikan hal itu.

Salah satu penelitian yang mempelajari efektivitas bola tenis untuk mengatasi dengkuran pernah dimuat di The Journal of Clinical Sleep Medicine tahun 2009. Penelitian ini melibatkan 67 partispipan yang menderita dengkuran kronis karena berbagai sebab termasuk kegemukan.

Selain mendengkur, penyempitan saluran napas yang dialami para partisipan menyebabkan terhentinya pernapasan (sleep apnea) sebanyak rata-rata 50 kali/malam. Dikutip dari NYTimes, Kamis (14/7/2011),sleep apnea berkurang menjadi rata-rata 14 kali/malam setelah partisipan mengantongi bola tenis.

Namun ketika dilakukan pengamatan jangka panjang, dalam 2 tahun tinggal 10 persen atau sekitar 7 partisipan yang tetap mengantongi bola tenis saat tidur. Bukan karena tidak efektif, namun sebagian besar partisipan mengaku tidak nyaman menggunakan cara ini untuk mengatasi dengkurannya.

Sebagian besar mengeluhkan nyeri punggung ketika secara tidak sengaja posisi tidurnya berubah dari miring mnejadi berbaring, lalu tertahan bola tenis. Sebagian lainnya justru merasa tidak ada manfaatnya, karena bola tenis itu selalu lepas dari punggungnya sehingga tetap mendengkur.

Dalam kesimpulannya, para peneliti tidak menyarankan bola tenis untuk dikantongi sebagai solusi untuk mengatasi dengkuran. Cara yang lebih efektif adalah menggunakan bola tenis tersebut untuk berolahraga, sehingga berat badan berkurang dan pada akhirnya jadi tidak gampang mendengkur.


sumber: detik health

Saat Hamil Tidurlah dengan Posisi Miring ke Kiri

Auckland, Posisi tidur ibu hamil kadang bisa mempengaruhi kondisi janin yang dikandungnya. Studi menyarankan ibu hamil untuk tidur miring ke kiri untuk mencegah bayi lahir mati.

Sebuah studi yang dilakukan di Selandia Baru mengungkapkan bahwa posisi tidur ibu hamil yang miring ke kiri pada saat trimester akhir dapat membantu menghindari risiko kelahiran mati (stillbirth).

"Aliran darah ke bayi menjadi terbatas ketika ibu tidur dalam posisi terlentang atau miring ke kanan dalam waktu yang lama. Hal ini kemungkinan yang menjelaskan hubungan tersebut," jelas Tomasina Stacey dari departemen obstetri dan ginekologi University of Auckland.

Menurut peneliti, ibu hamil yang tidur dengan miring ke kiri akan membantu aliran darah ke bayi karena pembuluh darah utama ibu tidak terhalang rahim yang berat.

"Ada banyak faktor yang terkait dengan bayi lahir mati termasuk obesitas, peningkatan usia ibu, etnis, kelainan kongenital dan kondisi plasenta. Sebagian besar tidak terjelaskan," ujar Daghni Rajasingam dari Royal College of Obstetricians and Gynaecologists, seperti dilansir Indiavision, Kamis (14/7/2011).

Dalam studi ini tim peneliti mewawancarai 155 perempuan di Auckland yang melahirkan bayi mati antara Juli 2006-Juni 2009 saat usia kehamilan minimal 28 minggu, yang dibandingkan dengan kelompok kontrol dari 310 ibu yang sedang hamil.

"Penelitian skala kecil ini melihat faktor lain yang mungkin terjadi. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum menarik kesimpulan posisi tidur mana yang paling baik. Jika wanita yang sedang hamil merasa khawatir, sebaiknya konsultasikan dengan bidan atau dokter kandungannya," tambah Rajasingam.

Studi ini telah dipublikasikan dalam British Medical Journal.


sumber: detik health

Vitamin C Asli dari Makanan Bantu Turunkan Risiko Katarak

Jakarta, Vitamin C bisa didapatkan dari berbagai macam sumber makanan. Sebuah penelitian di India menemukan orang dewasa yang mendapatkan asupan vitamin C yang cukup dari makanan bisa mengurangi risiko terkena katarak.

Katarak adalah suatu kondisi kekeruhan lensa mata yang menjadipenyebab masalah penglihatan paling umum pada orang tua. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa asupan antioksidan yang cukup termasuk vitamin C bisa mengurangi risiko terjadinya katarak.

Dalam studi ini para peneliti menganalisis lebih dari 5.600 orang India dewasa yang berusia 60 tahun ke atas. Partisipan ini ditanya seputar kebiasaan gaya hidup dan mengukur kadar vitamin C dalam darahnya.

Secara keseluruhan diketahui hampir 73 persen partisipan mengalami katarak. Tapi risiko ini bisa diturunkan atau dikurangi jika asupan vitamin C nya meningkat terutama yang berasal dari makanan.

Hasil yang didapatkan adalah asupan vitamin C yang tinggi mengurangi risiko katarak hingga 39 persen dibanding dengan orang yang asupan vitamin C nya rendah. Tentu saja faktor-faktor lain seperti pendapatan, kebiasaan merokok, tekanan darah tinggi dan diabetes tetap diperhitungkan.

Hal ini secara biologis masuk akal, karena vitamin C merupakan salah satu antioksidan yang berarti bisa melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang oleh kondisi stres oksidatif.

"Studi laboratorium dan hewan menunjukkan vitamin C memainkan bagian penting dalam melindungi lensa mata dari stres oksidatif," ujar Astrid E Fletcher dari London School of Hygiene & Tropical Medicine, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (15/7/2011).

Fletcher menuturkan mata sebagai organ yang berfungsi untuk melihat termasuk salah satu yang sangat rentan terhadap stres oksidatif. Cahaya adalah hal penting untuk melihat, tapi cahaya juga bisa merusak lensa ketika ia menyerap radiasi ultraviolet yang merupakan sumber utama dari stres oksidatif.

Untuk itu tak ada salahnya jika mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C seperti jeruk, grapefruit, paprika hijau dan merah, buah kiwi, stroberi, brokoli dan tomat. Hal ini bisa membantu mencukupi kebutuhan vitamin C sehingga mengurangi risiko katarak.


sumber: detik health