KONSEP LABORATORIUM SISTEM KARDIOVASKULER


A.    Laboratorium Rutin
1.      DARAH
          Pemerikssan darah rutin  hampir selalu harus dilakukan pada setiap penderita penyakit jantung dan pembuluh darah .pemeriksaan darah seperti hemoglobin,hematrokit,jumlah lekosit dan trombosit,ureum dan gula darah,merupakan pemeriksaan rutin yang penting dan sangat efektif.
          Pemeriksaan hemoglobin dan hemotrokit darah merupakan tes utama untuk mendeteksi anemia yang dapat menyertai atau menjadi salah satu penyebab penyakit jantung.
          Pemeriksaan hemoglobin dan hematrokit secara serial pada anak dengan kelainan jantung bawaan biru sangat penting.bila terlihat peningkatan kadar hemoglobin dan hemotrokit,ini merupakan petunjuk adanya penurunan aliran darah ke paru akibat stenosis pulmonal infundibuler yang progresif,pirau antara arteri sistemik dan paru yang tidak adekuat atau penyakit pembuluh darah paru yang progesif.
          Sediaan apus darah tepi pada penderita kelainan jantung bawaan biru dengan polisi temia sekunder,memperlihatkan gambaran eritrosit yang mikrositik dan hipokrom akibat devisiensi zat besi. Terlihatnya eritrosit yang bernukleasi dan howell-Jolly bodies pada sediaan apus darah tepi penderita ini, menunjukan adanya kelainan jantung bawaan yang serius dan asplenia .
          Lekositosis sedang, yang berkisar antara 12000 – 15000 , pada penderita infark miokard akut dapat ditemukan dalam darah tepi selama 5 – 7 hari. Adanya lekositosis dengan eosinofilia dan absenya sel blas pada penderita gagal jantung yang sulit diterangkan etiologinya dapat membantu dugaan suatu endokarditis loeffler.
          Laju endap darah akan meningkat pada hari kedua atau ketiga setelah serangan infark miokard akut, mencapai puncaknya pada hari ke empat sampai ke limadan akan menetap selama beberapa minggu.
          Laju endap darah juga akan meningkat pada penderita dengan infark  miokard akut akibat stres. Sering juga ditemukan pada penderita penyakit  jantung non iskemik dengan curah jantung rendah yang kronik akibat rendahnya pengeluaran glukosa dari darah dan rendahnya  peningkatan kadar insulin plasma.



2. URIN
          Pemeriksaan analisis urin rutin dilakukan untuk mendeteksi dan mementau kelainan intrinsik dari ginjal dan saluran kencing, atau perubahannya sekunder akibat penyakit lain.
Pemeriksaan yang paling bermakna untuk menilai kapasitas kemampuan kepekatan ginjal adalah osmolalitas urin. Berat jenis urin dapat memperkirakan osmolalitas tersebut bila diukur dengan alat urinometer yang baik dan bila tak ada proteinuria atau glukosuria berat. Berat jenis urin akan tinggi pada keadaan azotemia prerenal dan gagal jantung. Volume urin akan berkurang pada penderita gagal jantung dan poliuri akan terlihat pada setengah dari penderita dengan episode takikardia supraventrikuler yang paroksismal.
Hematuria dapat merupakan petunjuk adanya infark ginjal yang terjadi sekunder akibat emboli dari jantung bagian kiri atau suatu endokarditis bakterialis. Hematuri juga dapat terjadi sekunder akibat necrotizing arteritis pada hipertensimalikna, penyakit kolagen atau obat antikoagulansia.
          Proteunuria ringan atau sedang sering ditemukan pada penderita gagal jantung kongestif, dan akan bertambah pada gagal jantung yang berat dan disertai dengan penurunan glomerulo filtration rate dan aliran darah ke ginjal yang nyata.  
Urobilinogen dalam urine juga akan meningkatkan penderita gagal jantung.
Adanya slinder eritrosit dalam sedimen urine menunjukan adanya glomerulonefritis akut, lubus eritematus, atau endokarditis bakterial. Lekosit mungkin ditemukan pada penderita dengan gagal jantung kongestif ringan.

B.     Laboratorium Spesifik
          Pemeriksaan laboratorium yang spesifik ini hanya dilakukan pada penyakit jantung  dan pembuluh darah tertentu sebagai penunjang dalam menegakan diagnosis.
1.      Enzim jantung
Pemeriksaaan laboratorium khusus tertenu seperti kadar enzim jantung dalam darah diperlukan untuk menegakan diagnosa infark miokard akut. Otot miokard yang mengalami kerusakan akan melepaskan beberapa enzim spesifik sehingga kadarnya dalam serum meningkat. Peningkatan kadar enzim ini juga akan ditemukan pada penderita setelah operasi jantung, kardiofersi elektrikal, trauma jantung atau perikarditis.

2.      Kreatin fosfokinase
Pada infark miokard akut konsentrasi CK dalam serum akan meningkat dalam waktu enam sampai delapan jam setelah onset infark, mencapai puncaknya setelah 24 jam dan turun kembali ke normal dalam waktu 3 – 4 hari. Pemeriksaan ini tidak terlalu spesifik untuk kerusakan otot miokard karena enzim ini juga terdapat dalam paru-paru, otot skelet, otak, uterus, saluran pencernaan  dan kelenjar tiroid, sehingga kerusakan pada organ-organ tersebut akan meningkatkan kadar CK dalam darah
3.      Isoenzim CK-MB
Ada 3 isoenzim dari CK yang terlihat pada elektroforesis, yaitu MM, BB, dan MB. Isoenzim BB umumnya terdapata pada otak, MM pada otot skelet dan MB pada otot jantung. Isoenzim MB juga ditemukan pada usus, lidah dan otot diafragma tetapi dalam jumlah yang kecil. Pemeriksaan isoenzim CK-MB dalam serum merupakan tes yang paling spesifik pada nekrosis otot janung. Peningkatan konsentrasi enzim ini pasti menunjukan adanya infark miokard. CK-MB mulai meningkat dalam waktu 2-3 jam setelah onset infark, mencapai puncaknya pada 10-12 jam dan umumnya kan kembali ke normal dalam waktu 24 jam.
4.      Troponin T
Troponin T jantung adalah protein miofibril dari serat otot lintang yang bersifat kardio spesifik. Pada saat terjadi kerusakan miokard akibat iskemi Troponin T dari sitoplasma dilepas kedalam darah. Masa penglepasan Troponin T ini berlangsung 30-90 jam setelah itu menurun. Dilaporkan diagnosis Troponin T lebih superior dibandingkan CK-MB dan terjadinya posititf palsu sangat jarang. Peningkatan kadar Troponin T dapat menjadi penanda kejadian koroner akut pada penderita amina pektoris tak stabil.
5.      Serum glutamic-oxaloacetic transaminase(SGOT)
Enzim ini juga akan dilepeaskan oleh sel otot miokard yang rusak atau mati. Konsentrasi dalam serum akan meningkat dalam 8-12 jam setelah onset infark, mencapai puncaknya pada 18-36jam dan mulai turun kembali ke normal setelah 3-4 hari. Selain di otot jantung, inzim ini juga terdapat dalam hati dan otot skelet, sehingga pada peningkatan kadar enzim ini merupakan indikator yang lemah dalam menegakan diagnosa infark miokard akut. Gagal jantung dengan bendungan pada hati atau hipoksia otot skelet sering juga disertai dengan peningkatan kadar SGOT


6.      Lactic dehydrogenase (LDH)
LDH hampir terdapat disemua jaringan tubuh dan kadarnya dalam serum akan meningkat pada berbagai keadaan. Pada infark miokard akut, konsentrasi akanm meningkat dalam waktu 24-48 jam, mencapai puncaknya dalam 3-6 hari setelah onset dan kembali normal setelah 8-14 hari. LDH mempunyai 5 isoensim. Isoensim LDH 1 lebih spesifik untuk kerusakan otot jantung sedangkan LDH 4 dan LDH 5 untuk kerusakan hati dan otot skelet
7.      Alpha hydroxybutyric dehydrogenase (alpha-HBDH)
Alpha-HBDH sebenarnya bukan enzim yang spesifik untuk infark miokard. Isoensim LDH1 dan LDH2 akan bereaksi lebih besar dengan substrat Alpha hydroxy-butyrate dari pada LDH 4 dan LDH 5,sehingga pemeriksaan aktifitas alpha –HBDH akan dapat membedakan antara LDH1 dan LDH2 dengan LDH 3 dan LDH4.Pada infark miokard aktifitas alpha HBDH ini mencerminkan adanya aktifitas LDH meningkat.
8.      C-reactive protein (CRP)
CRP tidak ditemukan dalm darah orang normal,sehingga tidak ada nilai normallnya.CRP akan ditemukan pada penderita dengan demam reumatik akut dengan atau tanpa gagal jantung.Pemeriksaan inipenting untuk mengikuti perjalanan aktifitas demam reumatik.
CRP juga kadang ditemukan pada serum penderita dengan infark miokard transmural.
9.      Anti sreptosilin-O(ASTO)
Sreptosilin-O adalah antigen yang diproduksi oleh kuman streptokolus.titer ASTO yang tinggi lebih dari 333 toddunit akan ditemukan 4-6 minggu setelah infeksi kuman streptokolus beta hemolitikus ,dan akan kembali normal setelah 4 bulan. Pemeriksaan ini penting pada penderita dengan demam reumatik akut untuk mengetahui ada tidaknya infeksi kuman streptokolus.
10.  Tes fungsi hati
Pada gagal jantung kanan, tingginya tekanan atrium kanan akan menyebabkan bendungan pada hati . ini menyebabkan hipoksia parenkim hati,gangguan sekresi empedu  dan gangguan sintesa protein.pada pemeriksaan laboratorium terlihat fungsi hati terganggu,kadar bilirubin serum akan meningkat,masa protrombin memanjang dan kadar transaminase serum meningkat.
11.  System koagulasi
Penderita dengan kelainan jantung bawaan baru yang berat dengan polisitemia sekunder umumnya memperlihatkan adanya tanda-tanda hiperviskolitas serta fenomena trombotik dan hemoragik. Gangguan pembekuan darah merupakan akibat sekunder dari polisitemianya,umur trobosit biasanya memendek dan terdapat gangguan dalam system koagulasi.
Penderita yang mendapat obat antikoagulan coumarin atau warfarin harus dikontrol dengan pemeriksaan protrombin tim,sedangkan penderita dengan heparin dipantau dengan pemeriksaan activated partial thromboplastin time untuk menentukan status pengobatan antikoagulasinya.
Consumption coagulopathy(disseminated intravaskularcoagulation)yang ditandai dengan meningginya kadar produk degrades fibrinogen,trombositopenia,hipofibrinogenemia dan meningkatnya masa protromoin,dapat ditemukan pada penderita dengan aneurismaaorta disekans,sepsis,atau syok.
Hemolisis intravaskuler yang persisten biasanya ditemukan  pada penderita yang dipasang patch dari Teflon atau dakron,pada defek septum atau penderita dengan katub buatan.pada sediaan apus darah tepinya ditemukan banyak sel darah merahyang terfragmentasi.selain itu juga ditemukan kadar serum heptoglobin yang rendah,kadar LDH plasma yang meningkat, retikulosis,kadar besi dalam urin yang meningkat.
12.     Kultur darah
Pemeriksaan kultur darah dilakukan pada penderita dengan dugaan endokarditis bakterialis. Pengambilan dan preparasi darah harus baik,jangan sampain terkontaminasi dan sebaiknya diambil 2atau3 sempel darah dalam waktu yang berbeda pada saat demam.
13.     Kadar digitalis dalam darah
Kadar digitalis dalam darah dapat diukur dengan teknik radioimunoesei.untuk mandapatkan kadar oksigen yang sudah terdistribusi dengan baik,sempel darah harus diambil tidak kurang dari 6 jam setelah diberikan digoksin peroral.hasil penelitian konsentrasi digoksin serum pada orang dewasa dengan  dosis non toksis adalah 1,4 ± 0,7 ng/ml sedangkan pada bayi 2,1 ± 0,7 ng/ml.dosis toksis pada orang dewasa umumnya lebih besar dari 2 ng/ml.Banyak factor yang mempengaruhi sensitifitas penderita terhadap digitalis ,sehingga kadar toksis dan non toksis sulit ditentukan .karena itu gambaran klinis intoksikasi digitalis tetap merupakan hal yang paling penting.
14.     Pemeriksaan cairan ekstra vaskuler
Penimbunan cairandirongga-rongga badan seperti efusi pleura atau pericardial dan asites dapat ditemukan pada penderita dengan gagal jantung kongestif,obsruksi vena,sirosis hepatis,gagal ginjal proses keganasan,infeksi dan hipoproteinemia.cairan yang tertimbun dapat berupa transudut atau eksudat.
Cairan transudat  umumnya jernih dengan kadar protein yang rendah,berat jenis rendah dan osmolalitas rendah.tidak dapat membeku dan kadar glukosa biasanya sama dangan kadar glukosa plasma.pemeriksaan kultur cairan biasanya steril.transudat yang lama kadang dapat member gambaran seperti eksudat.
Cairan eksudat dapat jernih atau keruh,dan dapat  purulen atau hemoragik tergantung penyebab.pada cairan ini rasio kadar protein serum lebih besar dari 0,5 dan kadar LDHlebih besar dari 200 unit dengan rasio LDH cairan dan LDH serum lebih besar dari 0,6.kadar glukosa umumnya lebih rendah dari pada kadar glukosa plasma.biasanya terdapat lekositosis dan pemeriksaan diferensiasi sel sangat penting untuk menentukan adanya suatu proses spesifik atau non spesifik.ditemukannya sel tumor menunjukan proses keganasan.pada pemeriksaan kultur cairan sering ditemukan mikro organisme.

15.  Lain-lain
a.       Methemoglobinemia
Methemoglobinemia terbentuk bila reduced hemoglobin teroksidasi.dalam darah normal hanya ada0,1-0,2 g/100 mlpigmen hemoglobin yang dalam bentuk teroksidasi.sianosis akan terlihat bila terbentuk 1,5g/100 ml methemoglobin atau 0,5g/100 ml sulfhemoglobin atau sulfmethemoglobin.keadaan methemoglobin  ini dapat disebabkan oleh obat –obat,antara lain:nitrin,nitrat,lidokain,sodium nitroprusid dan beberapa golongan sulfonamide.
Mioglobinemia
Mioglobinemia  terdeteksi  dalam sirkulasi darah dalam 2-6 jam setelah infark miokard akut,mencapai puncaknya dalam 4-6 jam dan kembali kenormal setelah 12-24 jam. Mioglobin juga terdapat pada otot skelet,sehingga kerusakan yang berat pada otot ini juga menyebabkan peningkatan konsentrasi mioglobin dalam darah.
b.      Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah salah satu dari factor resiko penyakit  jantung koroner.Hampir semua kasus hoperlipoproteinemia dapat terdeteksi dengan pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah.penderita diharuskan puasa 14 jam untuk mendapat hasil yang akurat.
Hiperurisemia
Kadar asam urat yang tinggi sering ditemukan pada penderita hipertensi primer atau pun hipertensi renal.menurunnya pengeluaran asam urat oleh ginjal merupakan akibat dari menurunnya glomerular filtration rate.
Kadar aktivitas rennin dalam plasma
Pemeriksaan kadar ini dilakukan untuk mencari penyebab hipertensi terutama pada orang muda.pemeriksaan angiotensin 1 secara radioimunoesei dapat menentukan kadar aktivitas renin dalam plasma secara tak langsung . Darah dari vena renalis penderita dengan penyempitan pada arteri  renalis akan memperlihatkan kadar aktivitas rennin yang tinggi sampai 2 kali lipat dibandingkan dengan darah vena dari ginjal yang sehat.
 
c.       Hipertiroidism
Pemeriksaan kadar t3 dan t4bebas dalam darah dilakukan pada penderita dengan tanda-tanda tirotoksikosis.

Laboratoriumpada pemeriksaan kesehatan berkala
Pada pemeriksaan kesehatan berkala (chek up) untuk aspek kardiovaskuler,perlu diperiksa darah tepi rutin,profil lipid,gula darah dan fungsi ginjal.Akhir-akhir ini ada pertanda baru seperti Lp(a)yang diusulkan untuk  deteksi dini orang yang dapat menderita aterosklerosis.



 




Daftar Pustaka

1.Hurst JW. The Heart, Arteries and Veins. Fifth edition. Mc Graw-Hill Book Company.

2.Braunwald. Heart Disiase, a Textbook of Cardiovasculer Medicine.second edition.WB Saunders  ...Company.

KONSEP PROSES KEPERAWATAN



A.      SEJARAH PROSES KEPERAWATAN
            Proses keperawatan merupakan lima tahap proses yang konsisten, sesuai dengan perkembangan profesi keperawatan. Proses tersebut mengalami perkembangan :
1.        Proses keperawatan pertama kali dijabarkan oleh Hall (1955)
2.       Tahun 1960, proses keperawatan diperkenalkan secara internal dalam keperawatan
3.       Wiedenbach (1963) mengenalkan proses keperawatan dalam 3 tahap : observasi, bantuan pertolongan dan validasi.
4.       Yura & Walsh (1967) menjabarkan proses keperawatan menjadi 4 tahap : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahun 1967, edisi pertama proses keperawatan dipublikasikan.
5.       Bloch (1974), Roy (1975) Mundinger & Jauron (1975) dan Aspinall (1976) menambahkan tahap diagnosa, sehingga proses keperawatan menjadi 5 tahap : pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses ini dari analisis pikir : dicover (menemukan), delve (mempelajari atau menganalisis), decide (memutuskan), do (mengerjakan) dan discriminate (identik dengan evaluasi).
6.       Dengan berkembangnya waktu, proses eperawatan telah dianggap sebagai suatu dasar hukum praktik keperawatan. ANA (1973) menggunakan proses keperawatan sebagai suatu pedoman dalam pengembangan Standart Praktik Keperawatan.
7.       Tahun 1975 : diadakan konferensi nasional tentang klasifikasi diagnosis keperawatan setiap dua tahun di Universitas Sr. Louis. Klasifikasi diagnosis keperawatan ini kemudian disebut dengan NANDA (North American Nursing Diagnoses Association) — dibahas lebih lanjut di BAB diagnosa keperawatan.
Proses keperawatan merupakan sebuah metode yang diterapkan dalam praktek keperawatan. Ia juga merupakan sebuah konsep dengan  pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan interpersonal untuk memenuhi kebutuhan klien/keluarganya.
Seiring berkembangnya waktu, proses keperawatan telah dianggap sebagai dasar hukum praktek keperawatan dan telah digunakan sebagai kerangka konsep kurikulum keperawatan. Bahkan saat ini definisi dan tahapan keperawatan telah digunakan sebagai dasar pengembangan praktek keperawatan, sebagai kriteria dalam program sertifikasi, dan standar aspek legal praktek keperawatan. 
B.  PENGERTIAN
Proses keperawatan adalah :
1.       Suatu pendekatan sistematis untuk mengenal masalah-masalah pasien dan mencarikan alternatif pemecahan masalah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien.
2.       Merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam memperbaiki dan   meningkatkan kesehatan pasien sampai ke tahap maksimum.
3.       Merupakan pendekatan ilmiah
4.      Terdiri dari 4 tahap : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Atau, ada pula yang menterjemahkannya ke dalam 5 tahap : pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
 ALASAN PENGGUNAAN PROSES KEPERAWATAN
1.       Meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan keperawatan
2.      Profesionalisme, sesuai dengan konsep keperawatan bahwa perawatan merupakan    pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat profesional di mana dalam melaksanakan kegiatannya menggunakan pendekatan proses keperawatan
3.       Untuk efektifitas dan efisiensi pelayanan keperawatan
4.       Untuk meningkatkan peran serta dan keterlibatan pasien dalam pelayanan keperawatan.

 HUBUNGAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HAK-HAK KLIEN
            The American Hospital Association’s (1972) menerbitkan tulisan tentang pernyataan hak-hak pasien. Menyadari hal tersebut, National Leaque For Nursing (NLN, 1959), sejenis Persatuan Perawat Nasional di Amerika, menyusun suatu rancangan awal pernyataan hak-hak pasien dengan asumsi dasar sebagai berikut :
 1.       Asuhan keperawatan mencakup promosi kesehatan, asuhan dan pencegahan penyakit, ketidakmampuan dan rehabilitasi. Asuhan keperawatan dapat diberikan melalui proses pengajaran, penyuluhan, dan dukungan emsional, serta perawatan pada waktu ia sakit.
2.       Asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan kesehatan secara menyeluruh dan direncanakan, serta diberikan dalam kombinasi dengan pelayanan medis, pendidikan, dan kesejahteraan.
3.       Tenaga keperawatan menghadapi individualitas, martabat, dan hak-hak setiap orang tanpa memandang ras, warna kulit, derajat, kebangsaan, status sosial dan ekonomi.
C.      DEFINISI
Proses keperawatan dapat didefenisikan berdasarkan tiga dimensi yaitu: tujuan, organisasi, dan property/karaktersitik.
a.             Tujuan Proses Keperawatan
Tujuan Umum
Memberikan suatu kerangka kerja berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat, sehingga kebutuhan perawatan kesehatan klien, keluarga dan masyarakat dapat terpenuhi.
Sedangkan menurut Yura dan walsh (1983), proses keperawatan merupakan suatu tahapan desain tindakan yang digunakan untuk memenuhi tujuan keperawatan, antara lain:
       Mempertahankan kondisi kesehatan optimal pasien
       Melakukan tindakan  untuk mengembalikan kondisi pasien menjadi normal kembali
·                  Memfasilitasi kualitas kehidupan yang maksimal berdasarkan kondisi pasien sehingga ia bisa mencapai derajat kehidupan yang baik
Tujuan Khusus
1.       Mempraktekkan metode pemecahan masalah dalam praktek keperawatan (problem solving)
2.       Menggunakan standart dalam praktek keperawatan
3.       Memperoleh metode yang baku, rasional dan sistematis
4.       Meperoleh metode yang dapat digunakan dalam berbagai macam situasi
5.       Memperoleh asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi
b.      Organisasi
Berdasarkan dimensi organisasi, proses keperawatan dikelompokan menjadi 5 tahap, yaitu: pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kelima tahapan ini merupakan proses terorganisir yang mengatur pelaksanaan asuhan keperawatan berdasarkan rangkaian pengelolaan  klien secara sistematik
 SIFAT PROSES KEPERAWATAN
1.             Dinamis.
Setiap tahap proses keperawatan dapat diperbaharui/dimodifikasi, apabila situasi dan kondisi pasien berubah.
2.             Siklik.
Proses keperawatan berjalan secara siklik atau berulang dari pengkajian sampai dengan evaluasi, demikian seterusnya apabila diperlukan pengkajian ulang (re-assessment), sampai masalah klien teratasi atau klien dapat mandiri memenuhi kebutuhan kesehatan atau keperawatannya.
3.      Interdependent / saling ketergantungan.
Setiap tahap dari proses keperawatan mempunyai relevansi yang sangat erat, sehingga kekurangan di salah satu tahap akan mempengaruhi tahap-tahap berikutnya.
4.             Fleksibel atau luwes.
Proses keperawatan bersifat luwes, tidak kaku, sehingga pendekatan yang digunakan dapat berubah atau dimodifikasi sesuai dengan situasi, keadaan dan kebutuhan klien akan perawatan kesehatan. Fleksibel dapat juga berarti :
a.  Bisa digunakan untuk pemecahan segala jenis masalah keperawatan
b.  Dapat digunakan pada berbagai kondisi dan situasi klien
c.  Dapat diterapkan untuk semua siklus kehidupan manusia, dari dalam kandungan sampai dengan meninggal dunia
d.  Dapat diterapkan pada berbagai unit keperawatan, di rumah sakit, maupun untuk keluarga dan masyarakat.
KARAKTERISTIK PROSES KEPERAWATAN
1.       Tujuan : proses keperawatan mempunyai tujuan yang jelas melalui suatu tahapan dalam meningatkan kualitas asuhan keperawatan
2.       Sistematik : menggunakan suatu pendekatan yang terorganisir untuk mencapai suatu tujuan — meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan menghindari masalah yang bertentangan dengan tujuan pelayanan kesehatan / keperawatan
3.       Dinamik : proses keperawatan ditujukan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan lien yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Proses keperawatan ditujukan pada suatu perubahan respon klien yang diidentifikasi melalui hubungan antara perawat dan klien
4.       Interaktif : dasar hubungannya adalah hubungan timbal balik antar perawat, klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya
5.      Fleksibel : dapat diadopsi pada praktik keperawatan dalam situasi apapun dan bisa digunakan secara berurutan
a.       Dapat diadopsi dalam praktek keperawatan dalam situasi apapun, baik dalam kaitannya dengan individu, keluarga, atau masyarakat
b.       Tahapannya dapat dilakukan berurutan sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak.
6.       Teoritis : setiap langah dalam proses keperawatan selalu didasarkan pada suatu ilmuyang luas, khususnya ilmu dan model keperawatan yang berlandaskan pada filosofi keperawatan dan ditekankan pada aspek :
 a.      Humanistic : memandang dan memperlakukan klien sebagai manusia
 b.      Holistic : intervensi keperawatan harus memenuhi kebutuhan dasar manusia secara utuh, yakni bio-psiko-sosio-spiritual.
c.      Care: asuhan keperawatan yang diberikan hendaknya berlandaskan pada standar praktek keperawatan dank ode etik keperawatan.     
Fungsi Proses Keperawatan
1.       Sebagai kerangka berpikir untuk fungsi dan tanggung jawab keperawatan dalam ruang lingkup yang sangat luas
2.       Sebagai alat untuk mengenal masalah klien, merencanakan secara sistematis, melaksanakan rencana dan menilai hasil.


Sasaran
Sasaran dalam proses keperawatan adalah individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah keperawatan, karena ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual. Dapat juga yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan faktor ketidaktahuan klien tentang perawatan diri atau karena kelemahan fisik, mental dan sosial.
Komponen yang terkait adalah :
1.         Klien (individu, keluarga, masyarakat)
2.         Provider atau pemberi pelayanan keperawatan
3.         Anggota tim kesehatan lainnya.
Keuntungan Menggunakan Proses Keperawatan
a.         Bagi Pelayanan Kesehatan :
1.         Pedoman yang sistematis bagi terselenggaranya pelayanan kesehatan
2.         Sebagai alat untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
b.         Bagi Pelaksana Keperawatan
1.         Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
Bila semua kebutuhan klien dapat dipenuhi, tentu akan dapat mempercepat proses penyembuhan klien dan kepuasan bagi klien akan pelayanan keperawatan yang diberikan. Dengan demikian, mutu asuhan keperawatan akan meningkat.
2.                     Pengembangan ketrampilan intelektual dan teknis bagi tenaga pelaksana  keperawatan.
3.         Peningkatan citra keperawatan dan tenaga keperawatan.
Jalan yang paling tepat untuk meningkatkan citra keperawatan dan profesi keperawatan adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Kepuasan knsumen terhadap pelayanan keperawatan menunjukkan keyakinannya terhadap profesi keperawatan.
4.         Meningkatkan peran dan fungsi perawatan dalam pengelolaan asuhan keperawatan.
5.         Pengakuan otonomi keperawatan oleh masyarakat dan profesi lain.
Profesi keperawatan memberikan kesempatan kepada tenaga keperawatan untuk melaksanaan otonomi profesinya, yang didasari oleh tanggung gugat dan tanggung jawab, penerapan etika profesi dan standart praktek keperawatan.
6.         Peningkatan rasa solidaritas.
Kesamaan metode praktek keperawatan yang digunakan oleh semua tenaga keperawatan akan memperkuat persatuan serta menggambarkan otonomi dan identitas keperawatan.
7.         Peningkatan kepuasan tenaga keperawatan.
Kepuasan konsumen terhadap pelayanan keperawatan dengan sendirinya akan menimbulkan kepuasan bagi tenaga perawatan.
8.         Memupuk rasa percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan
9.         Untuk pengembangan ilmu keperawatan.
Proses keperawatan dapat mendukung dan memberi sumbangan dalam pengembangan penelitian ilmu keperawatan, sehingga dapat dikembangkan metode-metode yang baku dalam memberikan asuhan keperawatan.
c.         Bagi Pasien :
1.         Aspek keperawatan yang diterima bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
2.         Merangsang partisipasi pasien dalam perawatan dirinya (self care)
3.         Kelanjutan asuhan
4.         Terhindar dari mal-praktik
D.      TEORI YANG MENDASARI
1.      Teori sistem
Sistem terdiri dari: tujuan proses dan isi
a.  Tujuan adalah sesuatu yang harus dilaksanakan, sehingga dapat memberikan arah pada sistem.
b.  Proses adalah sesuatu yang berfungsi dalam memenuhi tujuan yang hendak dicapai
         c.  Isi  merupakan bagian atau elemen yang membentuk sebuah sistem.
2.      Teori kebutuhan manusia
Teori ini memandang bahwa manusia merupakan bagian integral yang berintegrasi satu sama lain dalam memotivasi untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya (fisiologis, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri.
Pada dasarnya kebutuhan dasar manusia merupakan terpenuhinya tingkat kepuasan agar manusi bisa mempertahankan hidupnya dan perawatlah yang berperan untuk memenuhinya.
Kerangka kerja pada teori ini menggambarkan penerapan proses keperawatan selalu berfokus pada pemenuhan kebutuhan individu yang unik dan merupakan bagian integral dari keluarga dan masyarakat.
3.       Teori persepsi
Perubahan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sangat dipengaruhi oleh persepsi individu yang berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini akan membawa konsekwensi terhadap permasalahan keperawatan yang ditegakan pada setiap individu. Meskipun sumber masalah yang dihadapinya sama, akan tetapi setiap individu memiliki persepsi dan respon yang berbeda-beda. Misalnya, walaupun kedua pasien sama-sama terkena penyakit DM, akan tetapi permasalahan keperawatan yang dihadapi tidak mesti sama.
Untuk memahami arti persepsi, maka seseorang harus mengadakan pendekatan melalui karakteristik individu yang mempersepsikan dalam situasi yang memunyai makna bagi kita. Makna di sini mengandung arti penjabaran dari persepsi, ingatan, dan tindakan. Dengan demikian persepsi memiliki arti penting dalam kehidupan, dimana kira bisa mengumpulkan data dari informasi tentang diri sendiri, kebutuhan manusia, dan lingkungan sekitar.
Kondisi ini sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan dimana perawat dan klien mengumpulkan data.  Selanjutnya dari data tersebut akan diambil makna tertentu yang dapat digunakan dalam melakukan asuhan keperawatan. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
4.     Teori informasi dan komunikasi
Salah satu tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi pasien. Oleh karena itulah perawat dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang konsep dan teori sebagai dasar interaksi  dalam memahami informasi serta menjalin komunikasi yang efektif.
Kemampuan tersebut meliputi kemampuan mencari data, menyeleksi, memproses, dan memutuskan sebuah tindakan berdasarkan informasi tersebut.
Proses keperawatan merupakan sebuah siklus karena memerlukan modifikasi pengkajian ulang, perencanaan ulang, memperbaharui tindakan, dan mengevaluasi ulang. Dengan demikian asuhan keperawatan memerlukan informasi yang akurat, dan untuk melakukannya, seorang perawat membutuhkan kemampuan dalam melakukan komunikasi.
5.    Teori pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah
Setiap tindakan yang rasional selalu disertai dengan keputusan atau pilihan. Sedangkan setiap pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah menuntut kesedian orang yang terlibat agar mau menerima hal-hal baru dan perbedaan dari kondisi yang ada. Kesenjangan yang terjadi merupakan masalah yang membutuhkan jawaban serta solusi secara tepat.
Salah satu tujuan dari keperawatan adalah menyelesaikan masalah yang dihadapi klien. Melaui pendekatan proses keperawatan masalah-masalah yang dihadapi dapat diidentifikasi secara tepat dan keputusan dapat diambil secara akurat.
Perbandingan antara pengambilan keputusan dan proses keperawatan dapat terlihat dalam tabel berikut ini: 
Proses Pengambilan Keputusan
Proses Keperawatan
Pengumpulan data
Pengkajian:
         Pengumpulan data
         Interpretasi
Identifikasi masalah
Diagnosa keperawatan
Perencanaan
Perencanaan
         Penentuan tujuan
         Identifikasi solusi
         Penentuan tujuan
         Rencana tindakan
Implementasi
Implementasi
Evaluasi dan revisi proses
Evaluasi dan modifikasi

 E.      IMPLIKASI
Penerapan proses keperawatan memberikan dampak atau implikasi terhadap profesi keperawatan, klin dan perawat itu sendiri.
1.       Profesi
Secara professional, profesi keperawatan melalui 5 tahapan menyajikan lingkup praktik keperawatan yang secara terus menerus mendefinisikan perannya baik terhadap klien maupun profesi kesehatan lainnya.
Dengan demikian perawat bekerja melakukan sesuatu bukan hanya sekedar melaksanakan perintah dokter, melainkan melalui perencanaan keperawatan yang matang.
2.       Klien
Proses keperawatan mendorong klien dan keluarga berpartisifasi aktif dan terlibat ke dalam  5 tahapan proses tersebut.
Selama pengkajian, klien menyediakan informasi yang dibutuhkan, selanjutnya memberikan validasi diagnosa keperawatan, dan menyediakan umpan balik selama evaluasi.
3.       Perawat
Beberapa hal yang dapat diperoleh dari proses keperawatan, antara lain:
 a.           Meningkatkan kepuasan dan perkembangan profesionalisasi perawat
 b.           Meningkatkan hubungan antara klien dengan perawat.
 c.           Meningkatkan pengembangan kreativitas dalam penyelesaian       masalah klien.
E.       STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
Standar prakek keperawatan nasional merupakan pedoman bagi perawat Indonesia, baik generalis maupun spesialis di seluruh tatanan pelayanan kesehatan (RS, Puskesmas, dll) dalam melakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan.
Standar praktek keperawatan di Indonesia, sebagaimana telah dijabarkan oleh PPNI, mengacu pada tahapan dalam proses keperawatan yakni terdiri dari 5 standar antara lain: (1) pengkajian; (2) diagnosa keperawatan; (3) perencanaan; (4) implementasi; dan (5) evaluasi.
1.       Standar I: Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara akurat, menyeluruh, singkat, dan berkesinambungan.

Kriteria Proses:
a.         Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan mempelajari data penunjang (hasil lab, catatan klien lainnya)
b.         Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer berasal dari pengkajian langsung terhadap klien. Sedangkan sumber data sekunder berasal dari selain klien, misalnya: keluarga atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medis, dan catatan lainnya.
c.         Data yang dikumpulkan, berfokus untuk mengidentifikasi:
1)      Status kesehatan klien saat ini
2)      Status kesehatan klien masa lalu
3)      Status fisiologis-psikologis-sosial-spiritual
4)      Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
2.           Standar II : Diagnosa Keperawatan
Perawat melakukan analisis terhadap data-data yang dikumpulkan selama pengkajian untuk menegakan Diagnosa Keperawatan.
Kriteria Proses:
a.           Proses diagnosa keperawatan terdiri dari: analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosa keperawatan.
b.           Komponen diagnosa keperawatan terdiri dari:
         P (Problem)  masalah
         E (Etiology)  penyebab
         S (Symptom)  tanda dan gejala
Akan tetapi terkadang hanya terdiri dari P dan E saja.
c.          Validasi diagnosa dilakukan dengan cara bekerjasama dengan klien dan berusaha untuk dekat dengan klien atau petugas kesehatan lain.
d.          Melakukan pengkajian ulang dan merevisi  diagnosa keperawatan berdasarkan data terbaru.
3.   Standar III : Perencanaan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien.
Kriteria Proses:
a.       Perencanan terdiri dari penetapan:
         prioritas masalah
         tujuan
         rencana tindakan
b.      Melibatkan klien dalam membuat perencanaan keperawatan
 c.      Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
klien saat itu
d.     Mendokumentasikan rencana keperawatan
4.   Standar IV : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam asuhan keperawatan.
Kriteria Proses:
a.       Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
b.      Berkolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan kesehatan lain
c.       Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien
d.      Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah tanggungjawabnya
e.      Menjadi coordinator pelayanan & advocator bagi klien dalam mencapai tujuan perawatan
f.        Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitasi-fasilitasi pelayanan kesehatan yang ada.
g.        Memberikan pendidikan pada klien & keluarga mengenai konsep keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan
h.        Mengkaji ulang & merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.
5.   Standar V : Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan.
Kriteria Proses:
a.        Menyusun perencanaan evaluasi hasil terhadap intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
b.        Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan ke arah pencapaian tujuan
c.       Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat dank lien
d.      Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan
e.      Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan
F. PROFIL PERAWAT PROFESIONAL

Pelayanan Keperawatan di masa mendatang harus dapat memberikan Consumer Minded terhadap pelayanan yang diterima.Implikasi pelayanan keperawatan akan terus mengalami perubahaan dan hal ini akan dapat terjawab dengan memahami dan melaksanakan karakteristik perawat professional dan perawat millennium. Menurut Nursalam Peran perawat di masa depan harus berkembang seiring dengan perkembangan IPTEK dan tuntutan kebutuhan masyarakat, sehingga perawat, dituntut mampu manjawab dan mengantisipasi terhadap dampak dari perubahan.Sebagai Perawat professional maka peran yang diemban adalah “CARE” yang meliputi :
C = COMMUNICATION C = COMPLETE
A = ACCURATE
R = RAPID
E = ENGLISH
A = ACTIVITY C = COOPERATIVE
A = APPLICABLE
R = RESPOSIVE
E = EMPATHY
R = REVIEW C = CONSIDERED
A = APPROPRIATE
R = REASONED
E = EVALUATED
E = EDUCATION C = COMMITED
A = ACADEMIC
R = RESEARCH
E = EXTENDED

1. COMMUNICATION
Perawat memberikan pelayanan keperawatan harus dapat berkomunikasi secara lengkap, adekuat, cepat. Setiap melakukan komunikasi (lisan dan tulis) harus memenuhi tiga syarat di atas dan juga harus mampu berbicara dan menulis dalam bahasa asing minimal bahasa inggris.

2. ACTIVITY
Prinsip melakukan aktifitas/pemberian asuhan keperawatan harus dapat bekerjasama dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya, khususnya tim medis sebagai mitra kerja dalam memberikan asuhan kepada pasien.Ativitas ini harus ditunjang dengan menunjukan suatu kesungguhan dan sikap empati dan bertanggung-jawab terhadap setiap tugas yang diemban.
Tindakan keperawatan harus dilakukan dengan prinsip : “CWIPAT”
C : Check the orders & Equipment
W : Wash Your hands
I : Identify of Patient
P : Provide for Safety &Privacy
A : Asses the Problem
T : Tell the person or teach the patient about what you are going to do

3. REVIEW
Prinsip utamanya adalah moral dan Etika keperawatan. Dalam memberikan setiap asuhan keperawatan perawat harus selalu berpedoman pada nilai-nilai etik keperawatan dan standar keperawatan yang ada serta ilmu keperawatan.
Untuk menghindari kesalahan dalam pelaksanaan peran ini maka perawat harus berpegangan pada prinsip-prinsip etik keperawatan yang meliputi :
Ø Justice : Asas keadilan
Setiap prioritas tindakan yang diberikan harus berdasarkan kondisi pasien, tidak ada diskriminasi pasien dan alat
Ø Autnomy : Asas menghormati otonomi
Setiap manusia mempunyai hak untuk menentukan tindakan terhadap dirinya sendiri
Ø Benefienc : Asas Manfaat
Setiap tindakan yang diberikan kepada klien harus bermanfaat bagi klien dan menghindarkan dari kecacatan
Ø Veracity : Asas kejujuran
Perawat dalam berkomunikasi harus mengatakan yang benar dan jujur kepada klien

Ø Confidentiality : Asas Kerahasiaan
Apa yang dilaksanakan oleh perawat harus didasarkan pada tanggung-jawab moral dan profesi

4. EDUCATION
Perawat harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap profesi dengan jalan terus menerus menambah ilmu melalui melalui pendidikan formal/nonformal, sampai pada suatu keahlian tertentu.
Pengembangan pelayanan keperawatan yang paling efektif harus didasarkan pada hasil temuan-temuan Ilmiah yang dapat diuji ke-sahihannya.

G. PROFIL PERAWAT MILLENIUM

1. Career
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, harus mempunyai dasar pendidikan yang memadai, karena dengan keahlian dan dasar pendidikan yang tinggi sebagai indicator jaminan kualitas pelayanan kepada konsumen dan menghindarkan dari kesalahan-kesalahan yang fatal. Perawat juga harus memahami bagaimana konsep manajemen secara keseluruhan, khususnya Manajemen Keperawatan.

2. Activity
Perawat harus memahami tentang semua tindakan yang dilakukan, baik dari segi keilmuan maupun etik dan moral Keperawatan.

3. Role
Dalam melaksanakan perannya, perawat dituntut mampu bekerjasama dengan profesi lain. Oleh karena itu Perawat harus dapat membedakan peran yang dimaksud.

4. Enhancement
Prinsip utama pelayanan keperawatan adalah pengembangan diri secara terus-menerus seiring dengan perkembangan jaman yang dinamis, berubah setiap saat.Perawat dituntut untuk menunjukan independensi dalam memberikan asuhan dan tumbuhnya rasa percaya diri yang tinggi.Hal ini bisa ditempuh dengan mulai mempersiapkan diri dan membekali diri yang baik mulai sekarang.
Dengan memahami bagaimana karakteristik Perawat Profesional & Milenium seperti yang sudah dijelaskan di atas maka diharapkan agar para perawat mau mengembangkan dirinya masing-masing dengan mengikuti pelatihan-pelatihan untuk menambah pengetahuan dan keterampilannya agar dimasa mendatang mampu memenuhi kriteria-kriteria dari perawat profesional dan perawat millenium.



dari berbagai sumber